Jumat, 28 Januari 2011

LAPORAN PROYEK

              
Kebon Agung tingkatkan kapasitas produksi gula

14 Apr 2010
·      Bisnis Indonesia
·      Industri
OLEH BAMBANG SUTEJO
Bisnis Indonesia
MALANG PT Kebon Agung menanamkan modal sedikitnya Rp330 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi gula perseroan dari 11.800 ton tebu per hari (TTH) menjadi 21.000 TTH. Rudi CH Basarah, Dirut Kebon Agung, menyebutkan investasi tersebut ditujukan bagi peningkatan produksi dua pabrik gula, yakni PG Kebon Agung di Malang, Jawa Timur, sebesar 15.000 TTH dan PG Trangkil di Pati, Jawa Tengah, 6.000 TTH.bari anggaran Rp330 miliar, paparnya, dana yang sudah dikucurkan untuk kedua PG itu mencapai Rp 248,6 miliar, yakni Rpl48,l miliar untuk PG Kebon Agung dan Rpl00,5 miliar untuk PC Trangkil.
"Sisa anggaran Rp81,4 miliar akan digunakan untuk kelanjut-an program serupa 2 tahun ke depan hingga seluruh tahapan proyek rampung pada 2011/2012 dan kapasitas produksi kedua PG sebesar 21.000 TTH tercapai," katanya di sela-sela kunjungan ke PG Kebin Agung, kemarin. Peningkatan kapasitas produksi tersebut merupakan program tahap II, setelah pada tahap I menyedot investasi Rpl3S miliar, yaitu untuk PG Kebon Agung sebesar Rp73 miliar dan PG Trangkil Rp62 miliar.
Pada 2007, kapasitas giling PG Kebon Agung mencapai 7.000 TTH, sementara PG Trangkil 4.800 TTH. Kapasitas giling tersebut naik dibandingkan dengan kondisi pada 2004 yang masing-masing 4.300 TTH dan 3.000 TTH. Dalam revitalisasi pabrik tersebut, tutur Rudi, pihaknya bekerja sama dengan sejumlah industri lokal dan asing, di antaranya PT Trisula Abadi untuk penga-daan ketel uap lisensi dari China.
Ketel uap itu dilengkapi dengan electrical static pretipita-tor, yaitu unit penangkap partikel debu sesuai dengan persyaratan baku mutu emisi yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup.
Kebon Agung juga menggandeng PT Barata Indonesia untuk pengadaan mesin penggerak gi-lingan tebu.
Jika seluruh tahapan proyek selesai, kata Rudi, produksi dan kualitas gula akan meningkat signifikan. Saat irti, tuturnya, kandungan icumsa gula kristal putih yang dihasilkan perseroan masih di kisaran 230, tetapi setelah program revitalisasi kandungannya tinggal 80.
"Kristalnya putih jernih mirip semirafinasi sehingga dapat dipasok ke industri makanan dan minuman lokal. Tentunya dengan harga yang lebih bagus sehingga pendapatan dan keun-tungan perseroan juga akan meningkat," katanya.
Insentif
Di tempat yang sama, Direktur Tanaman Semusim Kantor Kementerian Pertanian Agus Hasanudin mengungkapkan pemerintah menyiapkan insentif sedikitnya Rp50 miliar untuk peningkatan kapasitas produksi pabrik gula di dalam negeri.
Insentif tersebut berupa bantuan dana sebesar 10% dari total biaya pengembangan kapasitas produksi pabrik gula, baik milik negara (BUMN) maupun swasta.
"Pemanfaatan dana insentif tersebut kini lebih terbuka. Kalau dulu hanya untuk BUMN, tahun ini bisa dimanfaatkan oleh pabrik swasta," kata Agus.
Pada tahun lalu anggaran insentif yang disediakan Kementan mencapai Rp56 miliar, tetapi yang terserap hanya Rp28 miliar atau 50%. Insentif dimanfaatkanoleh empat PT Perkebunan Nusantara (PTPN), yaitu PTPN VH, IX, X, XI, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dia mengharapkan PG yang melakukan pengembangan kapasitas produksi lebih banyak sehingga penyerapan tebu meningkat dan target swasembada gula pada 2014 sebesar 5,7 juta ton dapat terwujud.
Didid Taurusianto, pimpinan PG Kebon Agung, mengatakan untuk4 mengimbangi peningkatan kapasitas produksi pihaknya siap memperluas areal tanam tebu hingga 22.706 hektare atau setara dengan 1,8 juta ton tebu.
"Pengembangan areal tanam tebu di wilayah kerja kami sebenarnya sudah dilakukan sejak 2003. Saat itu jumlah tebu yang digiling 845.296 ton dan pada 2008 mencapai 1,314 juta ton."
Selama ini pengembangan areal lahan tebu bersumber dari tebu rakyat yang mencapai 98%.
Rudi CH Basarah, Dirut Kebon Agung, menyebutkan investasi tersebut ditujukan bagi peningkatan produksi dua pabrik gula, yakni PG Kebon Agung di Malang, Jawa Timur, sebesar 15.000 TTH dan PG Trangkil di Pati, Jawa Tengah, 6.000 TTH.bari anggaran Rp330 miliar, paparnya, dana yang sudah dikucurkan untuk kedua PG itu mencapai Rp 248,6 miliar, yakni Rpl48,l miliar untuk PG Kebon Agung dan Rpl00,5 miliar untuk PC Trangkil. "Sisa anggaran Rp81,4 miliar akan digunakan untuk kelanjut-an program serupa 2 tahun ke depan hingga seluruh tahapan proyek rampung pada 2011/2012 dan kapasitas produksi kedua PG sebesar 21.000 TTH tercapai," katanya di sela-sela kunjungan ke PG Kebin Agung, kemarin. Peningkatan kapasitas produksi tersebut merupakan program tahap II, setelah pada tahap I menyedot investasi Rpl3S miliar, yaitu untuk PG Kebon Agung sebesar Rp73 miliar dan PG Trangkil Rp62 miliar.

Sumber: Investor Daily. SURABAYA: Sebanyak 44 investor tertarik membangun Pabrik Gula (PG) di Indonesia, empat di antaranya investor asing. Mereka berminat membangun pabrik di Jawa Timur, tepatnya di Malang, Mojokerto, dan Banyuwangi. Selain investor lokal antara lain, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN X dan XI).

“Untuk merealisasikan target swasembada gula tahun 2014 ada dua cara. Bisa lewat pembangunan PG baru di Jawa atau luar Jawa, juga peningkatkan kapasitas produksi dengan revitalisasi PG yang selama ini ada,” kata Agus Hasanudin, direktur Tanaman Semusim Dirjenbun, Departemen Pertanian di sela kunjungan ke Pabrik Gula Kebon Agung, Malang, Selasa. (13/4).

Menurut Agus, besarnya minat investor atas pabrik gula karena besarnya potensi pasar dalam negeri. Hingga akhir 2010 produksi gula diperkirakan tidak sampai 3 juta ton, sementara target swasembada pada 2014 sebesar 5,7 juta ton.

Lokasi pabrik, lanjut Agus, tidak lagi berkonsentrasi di Jawa, namun juga luar Jawa seperti di Aceh, Merauke, Jambi, Riau, Sumsel, serta Lampung.
Di Merauke tercatat sembilan investor berminat, sedangkan enam lainnya tertarik di Sumsel. Namun, hingga kini masih terkendala perizinan usah dari pemerintah daerah.

“Pemerintah tidak bisa menahan ketertarikan investor membangun PG. Namun, pemerintah setampat harus menyetujuinya, Deptan yang akan merekomendasikan apakah investor tersebut bisa membangun PG baru,” jelasnya .

Agus menerangkan, untuk melancarkan target swasembada gula pada 2014 dengan produksi 5,7 juta ton gula diperlukan lahan seluas 750 ribu ha.
Kini, dengan produksi gula 2,999 juta ton tahun 2010, lahan yang tersedia hanya seluas 436 ribu ha. Pemerintah berencana manyinergikan Perhutani dan Inhutani untuk menyediakan tambahan lahan 500 ribu ha, 300 ribu diantaranya di Merauke, dan 200 ribu ha di daerah lain termasuk pulau jawa.
   
Kebon Agung Rp 475 M

Sejalan dengan upaya penambahan kapasitas produksi, PG Kebon Agung membangun pabrik gula Rp475 miliar di Malang dan Trinkil di Pati, Jateng. Tahap I sebesar Rp 135 miliar dan tahap II sebesar Rp 330 miliar. Program revitalisasi PG Kebon Agung yang dimulai sejak 2001 dengan sasaran akhir kapasitas giling pada 2011 sebesar 10.000 ton tebu per hari. Saat ini kapasitas giling 7.000 ton tebu per hari.

Rudi Ch Basrah, presdir PT Kebon Agung mengtakan, pada 2010 pihaknnya melakukan investasi satu buah ketel uap dengan kapasitas 120 ton uap/jam, lima unit gilingan dan penggerak baru yang telah selesai pemasangan dan bisa digunakan mulai awal giling 2010.

“Pengadaan ketel uap kerja sama dengan kontraktor PT Trisula Abadi Surabaya yang telah mendapatkan lisensi produsen ketel dari Tiongkok. Awalnya sempat ragu menggunakan produk Tiongkok, ternyata kualitasnya tidak diragukan,” jelasnya.

Rudi menambahkan, sistem penggerak lama menggunakan beberapa tingkat reducer diganti dengan satu planetary gear yang lebih efisien dan merupakan transmisi penggerak terbaru yang pertama kali di gunakan PG di Indonesia. Peralatan dan mesin yang juga dipasang tahun 2010, emplasemen untuk menampung 1800 truk tebu saat musim giling. Luas lahan PG Kebon Agung pada 2012 akan mencapai 22.706 ha atau setara 1.816.483 ton tebu.

Kebon Agung menargetkan tahun giling 2011 berkapasitas terpasang 10 ribu ton tebu per hari, tahun 2012 berkapasitas 12.500 ribu ton per hari dan direncanakan akan expandable ke 15 ribu ton per hari tahun 2013.

“Dengan kapasitas tersebut, PG Kabon Agung secara tidak langsung membangun satu pabrik baru dengan kapasitas 8.000 ton tebu per hari,” jelasnya .
Sumber: bisnis.com, 13 April 2010. MALANG: Manajemen PT Pabrik Gula Kebon Agung (KA) menyuntikan dana sedikitnya Rp330 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi gula dari 11.800 ton tebu per hari (TTH) menjadi 21.000 TTH.

Rudi CH Basarah, Dirut PT KBA mengatakan peningkatan produksi itu dilakukan di PG Kebon Agung, Malang menjadi 15.000 TTH dan PG Trangkil, Pati (Jawa Tengah) 6.000 TTH. "Investasi itu sudah dipakai untuk PG Kebon Agung Rp148,1 miliar dan PG Trangkil Rp100,5 miliar," ujar Rudi di sela-sela kunjungan PG KBA di Malang, kemarin. , hari ini.

Adapun, sisa anggaran investasi sebesar Rp81,4 miliar akan digunakan untuk melanjutkan program serupa dua tahun ke depan (hingga 2011/2012) di mana kapasitas produksi kedua PG itu mencapai 21.000 ton tebu per hari (TTH).

Program peningkatan kapasitas produksi gula tersebut merupakan tahap II. Tahap I yang membutuhkan investasi Rp135 miliar masing-masing untuk PG KBA sebesar Rp73 miliar dan PG Trangkil sebesar Rp62 miliar.

Pada 2007, kapasitas giling kedua PG itu masing-masing 7.000 TTH dan 4.800 TTH. Kapasitas giling tersebut naik signifikan dibandingkan dengan 2004 yang berada pada kisaran 4.300 TTH dan 3.000 TTH.

Menurut Rudi untuk merevitalisasi pabrik tersebut manajemen bekerjasama dengan sejumlah industri manufakturing lokal dan asing di antaranya PT Trisula Abadi untuk pengadaan ketel uap sesuai lisensi yang diperoleh dari China. Lalu dilengkapi dengan Electrical Static Precipitator atau unit penangkap partikel debu sesuai persyaratan baku mutu emisi yang ditetapkan Badan Lingkungan Hidup serta PT Barata Indonesia, yang memasok mesin penggerak gilingan tebu.

Bila seluruh tahapan proyek selesai digarap, kata Rudi Basarah, selain produksi meningkat, kualitas gula yang dihasilkan juga jauh lebih baik. Jika saat ini kandungan icumsa gula kristal putih yang dihasilkan PG KA masih di kisaran 230, nantinya icumsa tinggal 80.

“Kristalnya putih jernih mirip semi rafinasi, sehingga dapat dipasok ke industri makanan dan minuman lokal. Lha tentunya dengan harga yang lebih bagus, sehingga pendapatan dan keuntungan perseroan juga meningkat,” katanya.

Didid Taurusianto, Pemimpin PG KA mengatakan untuk mengimbangi peningkatan kapasitas produksi gula di PG KA pihaknya siap memperluas areal tanam tebu hingga mencapai 22.706 hektare yang setara dengan 1,816 juta ton tebu.

Pengembangan areal tanam tebu di wilayah kerja PG KA, kata dia, sebenarnya sudah dilakukan sejak 2003. Jika saat itu jumlah tebu yang digiling mencapai 845.296 ton, pada 2008 mencapai 1,31 juta ton. Selama ini, pengembangan areal lahan tebu bersumber dari tebu rakyat yang mencapai sekitar 98%. “Jadi selama ini dalam pengembangan areal tanam tebu tersebut kami bermitra dengan petani tebu, termasuk di kawasan Malang Raya dan Blitar,” kata Didid.(msb)
PG Kebon Agung Siap Produksi 15 Ribu Ton Gula Per Hari
Pengirim: Delfi Yusransyah Daz - detikSurabaya
 
Surabaya - Dalam rangka mendukung program swasembada gula, Pabrik Gula (PG) Kebon Agung telah mempersiapkan diri dengan melakukan pengembangan, melalui program yang dikenal dengan Program Pengembangan PT Kebon Agung (PPKA) yang dimulai sejak tahun 2004 untuk PPKA tahap I dilanjutkan dengan PPKA tahap II, yang dimulai tahun 2007 dengan sasaran akhir kapasitas giling pada tahun 2011, sebesar 10.000 ton tebu per hari.

Kapasitas giling tahun 2010 direncanakan 7.000 ton tebu per hari. Untuk keperluan pengembangan, pada tahun 2010, PG Kebon Agung telah melakukan investasi, 1 buah ketel uap dengan kapasitas 120 ton uap/jam.

Ketel uap merupakan salah satu unit peralatan yang sangat menentukan untuk peningkatan kapasitas produksi, sebagai penyedia sumber tenaga penggerak turbin uap yang akan memutar gilingan, alat pencacah tebu, dan turbin pemutar generator penghasil tenaga listrik.

Pengadaan Ketel Uap ini bekerja sama dengan kontraktor nasional, yaitu PT Trisula Abadi Surabaya yang telah mendapatkan lisensi produsen ketel dari China. Pekerjaan pemasangan sudah dimulai dan direncanakan akan dapat digunakan pada awal giling tahun 2011. ketel baru akan terpasang lengkap dengan unit penangkap partikel debu, dikenal dengan nama Electrical Static Precipitator, alat tersebut sebagai persyaratan baku mutu emisi yang ditentukan oleh Badan Lingkungan Hidup.

Disamping ketel uap, lima unit gilingan dan penggerak baru telah selesai pemasangan dan akan aktif mulai awal giling tahun 2010. system penggerak lama yang masih menggunakan beberapa tingkat reducer gear diganti dengan satu planetary gear yang lebih efisien dan merupakan transmisi penggerak terbaru yang pertama kali digunakan pabrik gula di Indonesia. Peralatan dan mesin yang juga dipasang tahun 2010 emplasemen untuk menampung sekitar 1.800 truk tebu.

Program Pengembangan yang dilakukan oleh PT Kebon Agung - untuk PG Kebon Agung di Malang, sudah melalui kajian yang mendalam. Untuk keperluan tersebut, PT Kebon Agung bekerja sama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Terutama dalam bidang pengembangan tanaman tebu. Dari hasil kajian bahwa potensi ketersediaan lahan yang dapat dikemmbangkan untuk tanaman tebu di wilayah Malang Raya, Kabupaten Blitar yang merupakan lahan histories dan sekitarnya masih cukup luas.

Prediksi ketersediaan lahan ke depan akan meningkat, diperkirakan pada tahun 2012 luas lahan di wilayah kerja PG Kebon Agung akan mencapai 22.706 ha atau setara dengan 1.816.483 ton tebu. Pengembangan tebu di wilayah kerja, yang cukup besar beberapa tahun terakhir, 2003 sebesar 845.296 ton menjadi 1.314.149 ton di tahun 2008. Terjadi kenaikan 468.853 ton atau 93.770 ton per tahun, merupakan bukti nyata kerja sama kemitraan yang baik dengan petani tebu yang terus akan ditingkatkan, disamping juga karena peningkatan kapasitas giling yang merupakan hasil investasi selama berlangsungnya PPKA.

Kerja sama dengan petani yang dikoordinir oleh Team Lima sebagai organisasi yang mewadahi kelompok-kelompok tani di wilayah kerja PG Kebon Agung, meliputi distribusi pucuk, pelelangan gula tani dan kontrak produksi bahan baku untuk PG Kebon Agung. Bagi PG Kebon Agung, petani tebu sangat berarti mengingat 98% bahan baku berasal dari petani tebu. Sehingga kerja sama kemitraan dengan semangat hidup bersama, tumbuh bersama, win win solutions terus ditingkatkan.

Dengan ketersediaan bahan baku, kerja sama dengan petani yang baik, dan harga gula yang diprediksi akan membaik beberapa tahun kedepan, PG Kebon Agung , merencanakan program lanjutan pengambangan kapasitas giling dan kualitas gula. Penahapan kenaikan kapasitas, pada tahun giling 2011 kapasitas terpasang 10.000 ton tebu per hari, tahun 2012 kapasitas terpasang 12.500 ton tebu per hari direncanakan akan expandable ke 15.000 ton tebu per hari.

Investasi yang segera direalisir di tahun 2011 adalah penggantian 1 unit unigrator dengan heavy duty hammer shredder, penambahan 1 unit cane cutter, untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas di cane preparations, perubahan gilingan nomer satu yang semula four roll mill menjadi six roll mill. Penambahan 1 unit pan penguapan. Dan pada tahun 2012 pertahapan pengadaan mesin dan peralatan untuk peningkatan kualitas gula. Untuk keperluan tersebut telah dilakukan kajian baik oleh P3GI, SUTECH ENGINERING – Thailand dan kunjungan ke Pabrik-pabrik gula di Thailand yang sudah lebih modern dan kapasitas lebih besar antara 12.500 ton tebu per hari hingga 35.000 ton tebu per hari.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa peningkatan kapasitas giling PG Kebon Agung yang pada tahun ini 2010 sebesar 7.000 ton tebu per hari akan meningkat menjadi 12.500 ton tebu per hari expandable 15.000 ton tebu per hari atau meningkat 5.500 – 8.000 ton tebu per hari atau dengan kata lain, PG Kebon Agung menambah satu pabrik gula baru dengan kapasitas 8.000 ton tebu per hari.

                        Gula

Deptan menargetkan produksi gula putih atau gula konsumsi pada tahun 2009 mencapai 2,84 juta ton, sehingga bisa mencukupi seluruh kebutuhan dalam negeri tanpa perlu mengimpor. Menurut Dirjen Perkebunan Deptan Achmad Mangga Barani, pada tahun 2008 produksi gula putih nasional mencapai 2,74 juta ton sedangkan kebutuhannya hanya 2,7 juta ton.

Sementara itu produktivitas lahan perkebunan tebu pada tahun 2009 ini secara umum bervariasi. Namun untuk Jawa rata-rata 79,6 ton/ha sedangkan luar Jawa 76,1 ton/ha dan nasional 78 ton/ha, dengan rendemen tebu rata-rata 8,27%. Luasan areal perkebunan tebu pada tahun 2008 berkurang 20.000 ha karena saat itu harga gula rendah sehingga minat petani untuk budi daya tanaman tebu berkurang. Namun untuk tahun 2009 petani kembali bergairah karena harga bagus, sehingga petani memelihara tanamannya dan berdampak pada peningkatan produktivitas dan rendemen.

Menurut Ketua Asosiasi Petani Tebu Indonesia (APTRI) Arum Sabil, dari taksasi produksi gula secara nasional, besarnya kapasitas giling terpasang seluruh Indonesia pada tahun 2009 mencapai 225.303 ton tebu/hari. Angka ini didapat dari luas area mencapai 441.318 ha. Untuk rendemen, rata-rata yang dihasilkan 8,21 dan gula yang dihasilkan bisa mencapai 2.850.019 ton/tahun.

Taksasi produksi gula tersebut didasarkan luas lahan maupun produksi gula baik yang ada di Jawa maupun luar Jawa. Untuk Jawa, sedikitnya ada 10 perusahaan gula. Masing-masing, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PT Rajawali I, PT Rajawali II, PT Kebon Agung, PT PG Madu Baru, PT Candi, PT Industri Gula Nusantara, dan PT Pakis Baru. Sepuluh perusahaan tersebut membawahi 51 pabrik gula (PG). Sementara untuk luar Jawa terdapat 8 perusahaan gula, yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN XXIV, PT Gunung Madu Plantation, PT Gula Putih Mataram, PT Sub Indo Lampung, PT Indo Lampung Perkasa, dan PT Gorontalo. Delapan perusahaan tersebut membawahi 12 PG.

Meski harga gula terus merangkak naik, pemerintah memastikan tidak akan menambah jatah volume impor gula untuk tahun 2009 ini. Alokasi izin impor gula masih tetap 1,6 juta ton. Namun untuk gula industri masih harus diimpor. Kebutuhan gula industri di dalam negeri, sebanyak 1,8 juta ton sementara produksi nasional raw sugar baru mencapai 100 ribu ton, sehingga kekurangannya didatangkan dari luar.

Namun demikian, pada tahun 2014 Indonesia diperkirakan sudah bisa memenuhi sendiri seluruh kebutuhan gula mentah untuk bahan baku industri. Dengan kondisi tersebut, untuk tahun 2009 ini produksi gula nasional diharapkan juga mengalami peningkatan sehingga mencapai target 2,84 juta ton.

Harga gula rafinasi tampaknya bakal naik lagi. Pasalnya harga raw sugar sebagai bahan baku gula rafinasi, terus melonjak di pasar internasional. Pada Desember 2008 harga raw sugar masih di kisaran harga USD247/ton, Januari 2009 USD270/ton, dan Februari USD286/ton. Dengan kondisi ini, kemungkinan produsen akan kembali mengoreksi harga. Padahal, baru bulan Januari 2009 lalu produsen menaikkan harga gula rafinasi sebesar 5% - 6%.

Pada Januari 2009 harga gula rafinasi di tingkat produsen sekitar Rp5.500 - Rp5.600/kg. Dengan kenaikan harga gula mentah belakangan ini, maka harga gula rafinasi di tingkat produsen bakal naik menjadi Rp6.600/kg. Produsen menduga, kenaikan harga gula mentah dipicu harga minyak mentah dunia yang mulai merangkak naik. Beban produsen bertambah seiring pelemahan nilai tukar rupiah ke kisaran Rp12.000/USD.

Masalahnya, dalam dua tahun terakhir produksi gula rafinasi cenderung menurun. Pada tahun 2007, produksi gula rafinasi dari lima perusahaan dalam negeri mencapai 1,4 juta ton. Pada tahun 2008, produksi turun menjadi 1,1 juta ton. Tahun 2009 ini jumlahnya bakal lebih rendah lagi karena yang beroperasi baru dua pabrik gula.

Kenaikan harga gula rafinasi mengakibatkan para konsumennya harus merogoh koceknya lebih dalam lagi. Sekretaris Asosiasi Minuman Ringan (Asrim) Suroso Natakusumah mengaku, gula menjadi bagian penting dalam komposisi biaya produksi industri minuman ringan. Jadi, kenaikan harga gula rafinasi pasti mengubah komponen harga jual mereka. Bila harga gula rafinasi terus meningkat, maka harga beberapa produk makanan dan minuman juga bakal ikutan naik.

Pengusaha menyambut positif aturan Mendag atas penyempurnaan petunjuk pendistribusian gula rafinasi. Penyempurnaan ini dilakukan dalam rangka memberi kepastian dan kejelasan bagi semua pihak yang terlibat perihal distribusi gula rafinasi yang sesuai dengan kebijakan pemerintah. Petunjuk pendistribusian gula rafinasi ini tetap dalam kerangka SK Menperindag No.527/2004, bahwa gula kristal rafinasi hanya untuk kebutuhan bahan baku bagi industri pengguna.

Mendag Mari Pangestu mengungkapkan, untuk proses monitoring, produsen, distributor, dan sub distributor wajib melaporkan secara berjenjang baik kepada dinas setempat maupun kepada pemerintah pusat. Jika diusut lebih jauh, ternyata yang memprakarsai keluarnya regulasi tersebut adalah industri kecil makanan dan minuman. Tujuannya agar mereka bisa mendapatkan pasokan gula rafinasi. Untuk mengantisipasi kebocoran ke pasar konsumsi gula, pemerintah harus memberi sanksi pada distributor yang terbukti melakukan penyimpangan dalam penyaluran gula kristal rafinasi

Menurut Ketua Bidang Regulasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani, sekarang industri rumah tangga makanan dan minuman di tingkat kabupaten dan provinsi bisa mendapatkan gula rafinasi. Industri bisa menunjuk distributor atau menggunakan subdistributor untuk mendapat pasokan. Namun sebetulnya regulasi tersebut tidak lengkap karena berpotensi terjadinya kebocoran. Artinya, pada saat industri gula rafinasi mendistribusikan produknya melalui rantai distribusi, masih ada potensi produk tersebut dibeli oleh pedagang lain.

Sementara itu, pemerintah melalui Depperin meluncurkan program revitalisasi mesin PG dengan anggaran sebesar Rp50 miliar untuk tahun 2009. Menurut Dirjen Industri Logam Mesin, Tekstil, dan Aneka Depperin Ansari Bukhari, revitalisasi mesin di PG ditujukan untuk meningkatkan rendemen atau hasil produksi gula dari tebu hasil produksi pabrik lokal. Selama ini, tingkat rendemen PG lokal masih di bawah 10% karena diproduksi oleh mesin-mesin dan pabrik yang sudah tua.

Program revitalisasi pabrik gula merupakan pemberian potongan harga 10% dari nilai mesin yang dibeli produsen gula. Meski demikian, Depperin hanya memberikan potongan harga bagi PG yang membeli mesin buatan dalam negeri. Hal ini dengan pertimbangan banyak perusahaan di dalam negeri yang sudah mampu membuat mesin untuk PG. Pemerintah sudah membuka pendaftaran program revitalisasi terhitung 28 Maret 2009 hingga 30 Juni 2009.

Kamis, 27 Januari 2011

Quality Management System


BAB I
PENDAHULUAN
Rangkuman dan Teori
Dalam unit pembelajaran ini disajikan sebuah proses perbaikan kinerja untuk mengenali dan menangani peluang-peluang perbaikan yang ada di suatu instansi tertentu. Perangkat untuk QMS (Quality Management System) adalah perangkat-perangkat klarifikasi pemikiran. Ini bertujuan untuk membantu dalam proses manajemen harian dengan mengamati apa yang terjadi di suatu instansi, menetapkan standart kinerja terbaik untuk sebuah tim, memunculkan peluang untuk perbaikan secara berkelanjutan dengan difasilitasi ketelitian sistematis dalam praktek kerja tim tersebut.
Di unit pembelajaran ini akan ada pembahasan tentang perangkat mutu di bagian khusus. Dengan pembahasan ini, kita bisa mulai menerapkan prinsip-prinsip yang telah kita didiki dan membuat sistem manajemen mutu memberikan manfaat bagi kita di lingkungan kita masing-masing, muali dari sekolah sampai instansi besar.
Jadi jika kita mengubah  cara pandang kita terhadap mutu, kita akan bisa melihat bahwa mutu tidak hanya berkaitan dengan mengikuti prosedur, pemeriksaan, peraturan dan undang-undang. Mutu lebih terkait dengan pengetahuan kita tentang kebutuhan dan harapan orang-orang yang akan kita layani, penentuan tujuan untuk memenugi kebutuhan-kebutuhan tersebut, pengukuran kinerja dan perbaikan kemampuan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan semua pihak yang berkepentingan.
Tujuan
·         Memahami sistem proses yang saling terkait yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan dan mencapai tujuan.
·         Menjelaskan hubungan antara pemasok proses dengan konsumen.
·         Menentukan kebutuhan dan harapan konsumen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan menggunakan rantai kosumen pemasok
·         Mengusahakan perbaikan sistem secara terus menerus dengan mengevaluasi kinerjanya secara objektif.



1.  Proses
Proses adalah kegiatan menggunakan sumber daya yang diatur dan memungkinkan mengubah input menjadi output.  Seringkali output sebuah proses secara langsung menjadi input.  Penerapan sistem proses dalam sebuah organisasi, digabungkan dengan identifikasi dan interaksi proses-proses tersebut, dan pengaturannya bisa disebut “ Pendekatan proses”. 

Right Arrow: outputRight Arrow: inputProses
                                                                                          (serangkaian Kegiatan yang memberi nilai tambah)


 

                                                                                         
                                                           Sumber Daya
·         Proses adalah kumpulan sumber daya dan kegiatan yang koheren yang mengubah impor menjadi ekspor (input menjadi output)
·        Proses adalah sejumlah kegiatan yang tersusun secara logis, bertujuan untuk menentukan realisasi barang atau jasa untuk konsumen( internal)
Kegiatan atau operasi apapun yang menerima input dan mengubahnya menjadi output adalah sebuah proses.  Dengan demikian, sebuah proses adalah serangkaian kegiatan yang berurutan dengan awal dan akhir. 
1.1    Urutan Atau Rangkaian Proses
Rangkaian proses adalah rantai nilai dan dengan demikian harus berawal dari kebutuhan pihak-puhak yang berkepentingan dan berujung pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini.  Jadi, identifikasi proses sengat dibutuhkan agar organisasu bisa mencapai tujuannya dan memuaskan konsumen.
Tujuan-tujuan ini dicapai melalui berbagai proses, yang masing-masing menghasilkan output yang akan menjadi input untuk proses berikutnya dalam rantai tersebut sehingga pada akhirnya akan berujung pada pencapaian tujuan yang dikehendaki.  Dengan demikian, penentuan urutan proses sangat diperlukan.
Penerapan ISO 9001 secara efektif mengharuskan sebuah organisasi mengetahui dan menentukan semua proses yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen.
1.2    Identifikasi Proses  
·         Mulai dari proses utama
Metode yang bisa digunakan adalah dengan memulai identifikasi dari proses utama organisasai tersebut.  Proses utama menunjukkan input mana yang akan diubah menjadi output apa oleh langkah-langkah dalam proses tersebut.Setelah proses utama, berikutnya adalah proses kerjam yang diikuti oleh instruksi kerja.
·         Sudut pandang konsumen
Metode ini mengajarkan untuk lebih terfokus pada proses yang sedang dilacak konsumen, berhubungan dengan jasa atau barang yang diberikan oleh perusahaan.  Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan curah gagasan. 
1.3    Sebelas Alasan Menjabarkan Proses
·         Mendapatkan pandangan tentang kaearah mana proses tersebut berjalan
·         Memperlihatkan proses hubungan antara berbagai departemen
·         Pelokalan dalam proses
·         Kesatuan dan kejelasan pengaturan kerja
·         Transfer ilmu yang lebih mudah dan cepat
·         Sertifikasi
·         Bertindak berdasarkan output
·         Menentukan sebab
·         Meningkatkan fleksibilitas
·         Meningkatkan mutu output
·         Berkonsentrasi pada konsumen
Setelah proses ditentukan maka kita mulai memfokusan diri pada perbaikan mutu barang dan jasa secara terus menerus.
Manajemen mutu terpadu berarti bahwa tiap tahap dalam proses produksi harus berfokus pada kebutuhan konsumen, bukan hanya tahap akhirnya saja. Semua tahap yang ada harus berfungsi sempurna untuk mencapao hasil yang sempurna. 
Standard Internasional ini mendorong penggunaan pendekatan proses saat menyusun, menerapkan dan meningkatkan efektifitas sistem menajemen mutu, untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan memenuhi persyaratan atau kebutuhan mereka.  Kelebihan pendekatan proses adalah dengan adanya kendali terus menerus atas hubungan antara tiap proses dalam sebuah sistem proses, dan kendali atas gabungan dan interaksi tiap proses tersebut. Model sistem manajemen mutu berdasarkan proses menunjukkan bahwa para konsumen memainkan peran penting dalam menentukan persyaratan atau kebutuhan mereka sebagai input. 
                            Model pendekatan proses


 








           
 



1.4    Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan Proses : proses-proses inti standard
Standart ini didasarkan pada mosel konseptual yang ditunjukkan dalam gambar diatas.  Model ini disebut “model proses” sebab model ini menekankan proses-proses utama yang menjadi bagian tak terposahkan dari standard ini.
            Model ini dikendalikan oleh konsumen, yang berarti segala hal yang berkaitan dengan mutu berawal dari dan berakhir pada konsumen.  Dalam gambnar diatas konsumen ditunjukkan di sisi kiri dan kanan.  Ketiga kelompok konsumen utama dalam bidang pendidikan dan pelatuhan juga ditunjukkan disana. 
            Input dan outputnya seringkali terkait dengan ketiga kelompok konsumen ini, bahkan terkait juga dengan kelompok lain, seperti :
·         Seorang peserta didik
·         Orang tua peserta didik atau pegawai
·         Sebuah perusahaan atau organisasi dimana kontrak penelitian, kesepakatan konsultasi, atau kintrak pelatihan dimasukkan.
·         Sebuah industri
·         Seorang konsumen internal, yaitu konsumen yang berada atau bekerja dalam organisasi pemasok pendidikan dan pelatihan itu sendiri
·         Sebuah badan pemerintah, badan pembuat undang-undang, badan akreditasi, dan semacamnya
·         Kelompok masyarakat yang relevan, seperti kelompok orang tua dan warga, anggota masyarakat secara keseluruhan.
Aliran peoses utama yang berujung pada penyerahan barang dan jasa, seperti ditunjukkan bagan diatas disebut realisasi produk.
Dalam bidang pendidikan dan pelatihan, hal ini memungkinkan bahwa konsumen (peserta didik) memilih pelajaran atau kurikulum tertentu dari brosuur, buku panduan atau lainnya.  Hal ini menjadi input untuk sistem manajemen mutu.  Input ini dimasukkan kedalam perencanaan barang dan jasa dan kedalam persyaratan barang atau jasa tersebut.
Model bagan diatas menitikberatkan pada pentingnya mendapatkan informasi tentang kepuasan konsumen (panah bagian kanan yang mengarah ke “pengukuran, analisis dan perbaikan”). 
Bagian lain dari model ini menggambarkan kegiatan yang dianggap fundamental bagi kelancaran pelaksanaan proses realisasi barang atau jasa yang di produksi, yang berarti bahwa kegiatan ini tidak penting namun sangat dibutuhkan untuk menbantu memastikan penyampaian barang dan jasa tersebut.
Kotak ”Tanggung jawab manajemen” dimaksudkan untuk menekan pentingnya manajemen meneliti hasil dari umpan balik dan informasi lain yang diterima.  Tanggung jawab manajemen juga mencakup perlunya penentuan kebijakan, tujuan dan sasaran oleh eksekutif senior perusahaan.  Manajemen senior disebuah perusahaan perlu mengevakuasi sumber daya yang ada, yang dimasukkan sebagai bidang kegiatan keempat dalam sistem menajemen mutu. 
Kegiatan pengumpulan dan anlisis data yang ditunjukkan dalam kotak di sebelah kanan, berjudul “pengukurna, analisis dan perbaikan” mungkin menghasilkan usulan perbaikan untuk sistem manajemen mutu, digambarkan dengan panah yang mengarah ke kotak bagian atas, yang berjudul “ peningkatan sistem manajemen mutu secara terus menerus”.

Ada dua mekanisme untuk melaksanankan perbaikan :
·      Sebagai bagian dari sistem manajemen mutu (digambarkan dengan panah dalam lingkaran) yang mencakup penyesuaiaan tindakan pembetulan dan tindakan pencegahan.
·      Proses pengkaji ulang, dan khususnya pengkajian manajemen yang secara kritis mengamati sistem manjemen mutu secara keseluruhan dan membuat perbaikan pada sistem tersebut.
Dengan demikian, model proses dalam gambar diatas menghubungkan dan menyatukan konsep pemastian mutu untuk perbaikan terus menerus dengan konsep manajemen mutu keseluruhan.
3. Rantai konsumen – pemasok
Proses adalah bahan penyusun rantai nilai yang bias dianggap sebagai proses makro yang tersusun dari berbagai sub proses, sebuah mata rantai yang mengikat konsumen dan pemasok.
a.    Konsumen dan pemasok eksternal.
Para konsumen dan pemasok eksternal ini memiliki kekuatan tawar menawar dengan perusahaan atau organisasi yang sedang mengejar posisi diantara para pesaingnya.  Mereka memiliki kekuatan tawar menawar yang ditantang oleh sebuah organisasi dan para pesaingnya untuk mendapatkan kelebihan kompetitif di pasar.  Kelebihan kompetitif adalah kemampuan untuk membuat perusahaan tampak berbeda di mata para konsumen dan kemampuan untuk memberikan harga tinggi.  Maka, keberagaman adalah pola perilaku yang mendasari keberhasilan, semakin beragam lingkungannya, semakin besar pula jumlah variable kemungkinan yang signifikan yang bisa memberikan manfaat berbeda pada tiap orang. 
Elemen – elemen dasar persaingan strategis adalah :
a.      Kemampuan untuk memahami perilaku kompetitif, konsumen, penyandang dana dan sumberdaya yang terus menerus berinteraksi
b.      Pemahaman tentang bagaimana gerakan strategis tertentu bisa menyeimbangkan kembali keseimbangan ( atau mungkin juga ketidak seimbangan) kompetitif.
c.      Sumber daya bagi para pengguna baru.
d.     Kemampuan untuk memprediksi resiko dan keuntungan.
e.      Kemampuan untuk bertindak
f.       Komitmen dan dedikasi seluruh bagian organisasi
Sistem kerja adalah cara sebuah organisasi mengorganisir dirinya sendiri untuk melakukan pekerjaan. Perumusan system ini mengaitkan kegiatan – kegiatan yang harus dilakukan dengan tujuan kegiatan produksi barang dan jasa serta dengan tujuan perusahaan.
Pendekatan system kerja mengatur dan memprioritaskan pekerjaan selain memperjelas peran pegawai dimana kerjasama dan inovasi bisa terjadi.
Sub proses mendukung para pegawai yang memproduksi dan mengirimkan barang atau jasa.  Proses – proses pendukung meliputi sumber daya manusia, manajemen fasilitas, dan layanan teknologi.
Pengukuran kinerja digabungkan dengan penyusunan prioritas kerja.  Kegiatan ini mengidentifikasi dan mengukur kegiatan – kegiatan yang penting untuk melayani pelanggan, baik internal maupun eksternal.  Pengukuran membantu para pegawai lebih fokus pada prioritas dan pelayanan konsumen internal mereka.

b.   Sistem Rantai Nilai
Rantai nilai sebuah perusahaan adalah bagian dari sebuah sistem yang lebih besar yang mencakup rantai – rantai nilai yang bergerak ke atas kearah pemasok dan kebawah kearah penyalur dan konsumen.  Porter menyebut rangkaian nilai ini sebagai system nilai, yang konsepnya ditunjukkan sebagai berikut:












Pentagon: Rantai nilai perusashaan


Pentagon: Rantai nilai penyedia

Pentagon: Rantai nilai penyalur
Pentagon: Rantai nilai pembeli



 


                                                                                                                                         


Keberhasilan sebuah perusahaan dalam membuat dan memepertahankan kelebihan kompetitif tidak hanya tergantung pada rantai nilainya, namun juga pada kemampuannya mengatur sistem nilai dimana perusahaan tersebut menjadi salah satu bagiannya.
Rantai konsumen – pemasok harus dibuat agar bisa membangaun mutu barang dan jasa yang diberikan, maka ada spesifikasi dan persyaratan tertulis untuk tiap bahan yang dibeli dan untuk tiap barang yang dijual.  Inspeksi biasanya dilaksanakan di tahap pasokan persediaan dan pengiriman.  Inspeksi ( pemeriksaan ) seperti ini tidak bisa meningkatkan mutu sebab tidak ada yang tahu apa yang terjadi saat sedang tidak ada inspeksi. Tujuan organisasi haruslah mengurangi inspeksi sampai seminimal mungkin dan tetap bisa mengontrol mutu barang atau jasa yang diproduksi.Tujuan ini bisa tercapai melalui pembentukan rantai konsumen – pemasok dalam organisasi.
Saat konsep mutu berubah, perusahaan – perusahaan menyadari bahwa mutu harus dibangaun pada barang atau jasa dengan cara membangun mutu kedalam prosesnya.  Hal ini bisa dicapai dengan membentuk rantai konsumen – pemasok, di tiap perusahaan, yaitu dengan membagi proses menjadi sejumlah sub proses dan membentuk rantai konsumen – pemasok dalam organisai tersebut.  Maka, kunci untuk membangun mutu ke dalam proses adalah dengan mengidentifikasi konsumen dan pemasok internal.
Rantai konsumen – pemasok terdiri dari  pembagian seluruh proses produksi atau pemberian jasa, dimulai dri pemasok ( pemasok ) eksternal dan berakhir di konsumen eksternal, dalam sejumlah subproses yang ditentukan dengan pasti dalam organisasi tersebut.  Semua sub proses salaing terkait dan membentuk sebuah rantai.
Semua input untuk sub proses harus memiliki spesifikasi.  Tiap output harus memiliki spesifikasi.  Kesesuaian antara semua item yang diterima, dimiliki, atau dijual dengan spesifikasi masing – masing harus diverifikasi.  Verifikasi bisa sederhana pemeriksaan langsung atau penghitungan langsung.
Pemilik sub proses harus mengambil alih tanggung jawab dari pemasok sebelum mulai menggunakan input yang diterimanya. Tiap pemilik sub proses memiliki seorang pemasok dan seorang konsumen.  Semua orang yang memberikan input pada pemilik proses adalah pemasok semua orang yang menerima input dari pemilik proses adalah konsumen bagi pemmilik proses tersebut.
Jika konsep ini dibuat dalam sebuah organisasi dan jika semua pemilik, konsumen dan pemasok memahami peran masing – masing dan melaksankan fungsinya dengan bertanggung jawab, maka penyeliaan dan manajemen tidak akan terlalu dibutuhkan lagi.
4. Perangkat – Perangkat Mutu
Para ahli mutu memberi nama untuk tujuhperangkat dasar mutu, (dimana pertama kali dicetuskan oleh Kaoru Ishikawa, profesor teknik di Universitas Tokyo dan penemu “lingkaran mutu”). Perjalanan mutu dimulai dengan penguasaan perangkat-perangkat yang tidak bisa dihilangkan sepanjang pendekatan proses untuk pengendalian dan perbaikan mutu. Ketujuh perangkat dasar mutu (The seven basic quality tools) tersebut adalah:
1.      Diagram sebab-akibat : diagram yang mengidentifikasi berbagai kemungkinan penyebab sebuah masalah dan memisahkan berbagai ide kedalam kategori-kategori yang berguna.
2.      Lembar periksa (Check sheet) : sebuah formulir terstruktur yang dipersiapkan untuk mengumpulkan dan menganalisa data.
3.      Diagram kendali (Control charts) : diagram yang digunakan untuk meneliti perubahan sebuah proses dalam rentang waktu tertentu.
4.      Histogram : bentuk diagram yang digunakan untuk menunjukkan seberapa sering tiap nilai yang berbeda muncul dalam satu rangkaian data.
5.      Diagram pareto (Pareto charts) : diagram yang menunjukkan faktor mana yang lebih signifikan dalam bentuk grafik batang.
6.      Diagram tersebar (Scatter diagram) : diagram yang terdiri dari sepasang data numeris, satu variabel di tiap sumbu, untuk melihat hubungan.
7.      Stratifikasi atau Diagram garis : sebuah teknik yang memisahkan data yang didapat dari sejumlah sumber sehingga muncul pola yang bisa diamati.
Perangkat Mutu 1
A.      DIAGRAM SEBAB-AKIBAT
Diagram Tulang Ikan (Fishbone - diagram)
Juga disebut : Diagram Sebab-Akibat, Diagram Ishikawa (Cause-and-Effect Diagram, Ishikawa Diagram)
Variasi atau macam-macam diagram tulang ikan yaitu : diagram sebab enumerasi, diagram proses tulang ikan, diagram waktu-tunda tulang ikan, CEDAC (cause-and-effect with the adition of cards), diagram tulang ikan hasil yang diinginkan, dan diagram terbalik tulang ikan.
Diagram tulang ikan ini mengidentifikasi berbagai kemungkinan penyebab sebuah dampak atau masalah, dan biasanya digunakan untuk menyusun ide-ide dalam curah gagasan. Diagram ini memisah-misahkan berbagai ide secara langsung dan memasukkannya kedalam kategori-kategori yang berguna. Diagram ini digunakan saat mengidentifikasi kemungkinan penyebab untuk suatu masalah dan pada saat itu pula muncul banyak pemikiran yang berbeda pada para anggota tim. Sehingga dalam pembuatan diagram Tulang Ikan ini ada prosedurnya. Bahan yang dibutuhkan adalah papan tulis (whiteboard) dan spidol. Kemudian sepakati masalah (dampak) yang akan dibahas dan tuliskan dibagian tengah sebelah kanan papan tulis. Setelah itu gambar sebuah kotak yang mengelilinginya dan gambar sebuah panah horizontal ke arah kotak tersebut.
-          Lakukan curah gagasan tentang kategori-kategori utama penyebab masalah tersebut. Apabila sulit dilakukan, gunakan penjudulan yang umum seperti :
·         Metode
·         Mesin (perlengkapan)
·         Orang (kesalahan manusia)
·         Bahan
·         Pengukuran
·         Lingkungan
Tuliskan kategori-kategori penyebab tersebut sebagai cabang dari panah utam tadi.
-          Lakukan curah gagasan tentang semua kemungkinan penyebab masalah dengan memberi pertanyaan seperti : “Mengapa hal ini terjadi?” kemudian saat ide disampaikan, maka fasilitator menuliskannya sebagai cabang dari kategori yang sesuai. Sebab ini bisa dituliskan beberapa kali jika terkait dengan berbagai kategori, karena hal tersebut dapat diperdalam pada tiap-tiap level sebab yang ada. Sehingga setelah semua anggota kelompok kehabisan ide, maka fokuskan perhatian pada gambar yang mempunyai jumlah ide paling sedikit.

Contoh Diagram Tulang Ikan

 




                                                                                                                        
Gambar diatas merupakan skema diagram dari sebuah tim produksi dengan menggunakan penjudulan umum, sehingga nantinya dapat memunculkan ide dari banyaknya ide-ide berbeda yang muncul yang kemudian dipisahkan dalam kategori-kategori yang berguna.

Perangkat Mutu 2
A.  LEMBAR PERIKSA (CHECK SHEET)
Lembar Periksa
Juga disebut : defect concentration diagram (diagram konsentrasi kesalahan)
Lembar periksa adalah sebuah formulir terstruktur dan disiapkan untuk mengumpulkan dan menganalisa data. Ini merupakan perangkat umum yang digunakan untuk berbagai keperluan. Lembar periksa ini digunakan saat data bisa diamati dan dikumpulkan berulang-ulang oleh orang yang sama atau di tempat yang sama.
Prosedur penyusunan lembar periksa diawali dengan menentukan kejadian atau masalah yang akan diamati. Lalu membuat definisi operasionalnya serta menentukan kapan dan untuk berapa lama data akan dikumpulkan. Untuk susunan formulirnya. Namai semua kotak pada formulir tersebut. Atur sedemikian rupa hingga data bisa dicatat hanya dengan memberi tanda centang atau tanda silang maupun simbol-simbol lain yang serupa sehingga data tidak perlu disalin ulang untuk analisis. Kemudian ujilah lembar periksa dalam jangka waktu yang singkat untuk memastikan bahwa lembar tersebut bisa mengumpulkan data-data yang tepat dan mudah untuk digunakan.
Gangguan Telpon
Alasan
Hari

Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Total
Salah sambung
20
Meminta informasi
10
Bos
19
Total
12
6
10
8
13
49
Contoh lembar periksa diatas merupakan contoh yang digunakan unuk mengumpulkan data gangguan telepon dan tanda garis dimsukkan sebagai data yang dikumpulkan selama beberapa minggu.


Perangkat Mutu 3
B.  DIAGRAM KENDALI (CONTROL CHART)
Diagram Kendali
Juga disebut : Statistical Process Control (kendali proses statistik). Berbagai jenis diagram kendali bisa digunakan, tergantung pada jenis datanya. Ada dua kelompok paling utama yaitu:
1.    Data variabel, diukur dengan skala berkelanjutan. Misalnya : waktu, berat, jarak atau suhu bisa diukur dalam bentuk pecahan atau desimal.
2.    Data atribut, bukan merupakan bentuk pecahan atau desimal. Data ini muncul pada saat menentukan hanya keberadaan atau ketiadaan sesuatu. Misalnya, sebuah laporan mungkin saja mempunyai empat atau lima kesalahan, tetapi tidak mungkin memiliki empat atau lima setengah kesalahan.
Diagram kendali adalah diagram yang digunakan untuk meneliti proses perubahan dalam periode waktu tertentu. Dalam diagram kendali, data yang dimasukkan sesuai dengan urutan waktunya. Diagram kendali  selalu memilki garis tengah untuk nilai rata-rata, garis atas untuk batas teratas kendali dan garis bawah untuk batas terbawah kendali. Dan garis-garis tersebut ditentukan dari data historis. Dengan membandingkan data saat ini dengan garis-garis tersebut, maka kita dapat mengambil kesimpulan.
Diagram kendali digunakan pada saat mengontrol proses yang sedang berlangsung dengan menemukan dan memperbaiki masalah ketika masalah tersebut terjadi. Saat memprediksi rentang hasil yang diharapkan dari sebuah proses, menentukan apakah sebuah proses stabil, menganalisis pola-pola variasi proses dari penyebab khusus atau umum, dan pada saat menentukan apakah proyek perbaikan mutu harus diarahkan untuk mencegah masalah tertentu atau membuat erubahan mendasar pad proses tersebut.
Prosedur dalam penyusunan diagram kendali yaitu dengan memilih diagram kendali yang tepat dengan data tersebut, kemudian menentukan periode waktu yang tepat untuk mengumpulkan dan memasukkan data ke dalam diagram dan analisis.
Perangkat Mutu 4
C.       HISTOGRAM
Histogram adalah jenis grafik yang paling sering digunakan untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi menunjukkan seberapa sering tiap nilai berbeda muncul dalam serangkaian data. Histogram digunakan saat datanya berupa angka, menentukan apakah output sebuah  proses didistribusikan (secara normal atau tidak, dua proses atau lebih, berbeda atau tidak), melihat apakah telah terjadi perubahan proses dari satu periode waktu ke periode waktu tertentu, dan saat mengkomunkasikan distribusi data dengan cepat dan mudah.
Untuk penyusunan histogram gunakan lembar kerja histogram agar dapat membantu serta mempermudah dalam menentukan jumlah batang, rentang nilai yang ada dalam tiap batang dan label untuk sudut batang. Kemudian sebelum menarik kesimpulan dari histogram sebaiknya yakinkan diri bahwa proses telah bekerja dengan normal selama periode waktu yang diteliti.
Macam-macam Histogram Umum dan Maknanya
-          Normal. Sebuah pola yang umum adalah kurva berbentuk lonceng yang disebut distribusi normal, dimana pada titik-titiknya muncul di kedua sisi nilai rata-rata.
-          Acak. Distribusi acak tidak simetris karena batas asalnya menahan hasil hanya pada satu sisi saja. Puncak distribusi ini mendekati batas tersebut dan ekornya menjauh dari pusat tersebut.
-          Dua Puncak atau Bimodal. Distribusi bimodal berbentuk seperti dua punuk unta. Hasil dari dua proses dengan distribusi berbeda digaabungkan dalam satu data.
-          Plateau. Distribusi plateau mungkin bisa disebut “distribusi multimodal”. Sejumlah proses dengan distribusi normal digabungkan, karena ada banyak puncak yang saling berdekatan.
-          Puncak Bersudut. Distribusi puncak bersudut ini menyerupai distribusi normal, hanya saja distribusi ini memiliki sebuah puncak besar di salah satu ujungnya.
-          Terpotong atau Bentuk Jantung.  Distribusi ini tampak seperti distribusi normal dengan ujung yang terpotong. Hal itu terjadi karena pemasok mungkin menghasilkan distribusi normal berbagai barang dan kemudian  hanya mengandalkan dari pemeriksaan yang  memisahkan barang sesuai spesifikasinya atau tidak.
-          Makanan Anjing. Data yang hilang dari distribusi, makanan anjing hasilnya terlalu dekat dengan nilai rata-rata.



Perangkat Mutu 5
D.  DIAGRAM PARETO
Diagram Pareto juga disebut : analisis Pareto
Jenis diagram pareto yaitu : diagram berat pareto dan diagram perbandingan pareto.
Diagram pareto adalah diagram batang. Panjang tiap batang menggambarkan frekuensi atau beban dan disusun dengan batang tertinggi di sebelah kiri dan batang terendah paling kanan. Diagram ini digunakan pada saat menganalisis data tentang frekuensi masalah dalam sebuah proses, banyak masalah dan ingin fokus pada masalah yang paling signifikan, dan saat mengkomunikasikan data tersebut pada orang lain. Diagram pareto disusun dengan cara menetukan kategori apa yang akan digunakan untuk mengelompokkan item-item yang didapat, kemudian pengukuran apa yang paling tepat, menentukan periode waktu yang akan tercakup dalam diagram pareto, setelah itu kumpulkan data dengan mencatat kategorinya tiap kali, jumlahkan hasil pengukuran untuk setiap kategori, tentukan skala yang tepat untuk hasil pengukuran yang telah dikumpulkan. Nilai maksimalnya tidak boleh lebih dari jumlah tertinggi yang didapat dari langkah 5. Beri tanda skala ini di sisi kiri diagram. Susun batangan-batangan untuk setiap kategori dan beri label. Tempatkan batangan tertinggi di sisi paling kiri dan urutkan sesuai ketinggiannya ke sebelah kanan. Jika ada banyak kategori yang hasil pengukurannya sedikit, kategori-kategori ini bsa dikelompokkan sebagai “lain-lain”.
Contoh : menunjukkan berapa banyak konsumen yang mengeluh yang di dapat untuk kelima kategori tersebut.
Untuk membuat diagram pareto dimulai dengan memasukkan kekurangan-kekurangan tersebut ke dalam lembar periksa.


Perangkat Mutu 6
E.       DIAGRAM TERSEBAR (SCATTER DIAGRAM)
Diagram Tersebar Juga disebut:  penyusunan tersebar, diagram X-Y
Diagram tersebar menggambarkan sepasang data numeris, dengan satu variabel di tiap sumbu, untuk mengamati hubungan yang ada. Jika variabel tersebut berhubungan, titik-titiknya akan ada disepanjang garis atau kurva. Sehinga semakin tinggi korelasi, semakin dekat pula titik-titik tersebut dengan garis.
Diagram tersebar ini digunakan saat terdapat data numeris, variabel dependen  yang memiliki nilai merupakan kelipatan dari tiap nilai independen, menentukan apakah kedua variabel tersebut saling terkait atau tidak, mencoba mengidentifikasikan kemungkinan akar masalah, setelah curah gagasan tentang sebab-akibat menggunakan diagram tulang ikan, untuk menentukan apakah keua dampak yang terkait disebabkan oleh satu sebab atau tidak, dan saat menguji korelasi sebelum menyusun diagram kendali.
Prosedur penyusunan diagram tersebar. Pertama, kumpulkan data yang dianggap memiliki hubungan, gambar sebuah diagram dengan variabel independen di sumbu horizontal dan variabel dependen di sumbu vertikal. Untuk tiap pasang data, gambarkan sebuah titik atau simbol apapun di tempat dimana nilai sumbu x memotong nilai sumbu y. Lihat pola titik-titik tersebut untuk melihat apakah ada korelasi yang jelas terlihat atau tidak. Jika data tersebut membentuk sebuah garis atau kurva, maka bisa berhenti sampai disitu. Dan itu berarti bahwa variabel-variabel tersebut berkorelasi
Pertimbangan penggunaan diagram tersebar
Apabila diagram tersebar menunjukkan tidak adanya hubungan antara kedua variabel tersebut, pertimbangkan bisakah data tersebut distraitfikasikan dan apakah variabel dependennya (sumbu x) memang sangat bervariasi. Terkadang sebuah hubungan bisa tidak tampak karena cakupan datanya tidak cukup luas. Sehingga, berpikirlah secara kreatif tentang bagaimana cara menggunakan diagram tersebar untuk menemukan akar masalah. Karena menggambarkan diagram tersebar adalah langkah pertama dalam mencari hubungan antara berbagai variabel.



Perangkat Mutu 7
F.   STRATIFIKASI (STRATIFICATION)
Stratifikasi adalah teknik yang digunakan bersama-sama dengan perangkat analisis lain. Jika data dari berbagai sumber dikumpulkan bersama-sama, makna data tersebut tidak mungkin dilihat. Karena teknik stratifikasi ini memisahkan dta tersebut hinga polanya bisa dilihat.
Stratifikasi digunakan saat sebelum mengumpulkan data, jika data berasal dari sejumlah sumber, seperti berbagai shift, hari-hari dalam seminggu, kelompok pemasok atau masyarakat. Serta, jika analisis data membutuhkan pemisahan berbagai sumber.
Prosedur pelaksanaan stratifikasi adalah: sebelum mengumpulkan data, pertimbangkan informasi mana tentang sumber data tersebut yang mungkin mempengaruhi hasil, atur pengumpulan data sedemikian rupa sekaligus dapat mengumpulkan informasi, saat menyusun atau memasukkan data yang dikumpulkan ke dalam diagram tersebar, diagram kendali, histogram atau perngkat analisis lainnya, gunakan berbagai tanda tau warna berbeda untuk membedakan data yang berasal dari berbagai sumber. Maka, data yang dibedakan dengan cara ini disebut terstratifikasi.












BAB II
STUDI KASUS

Proses dan Perangkat Mutu
Manajemen Mutu
Beberapa tahun lalu, dari hasil riset sebuah lembaga di Amerika Serikat diketahui bahwa lebih dari 50% produk dan komponen yang dihasilkan oleh perusahaan mempunyai cacat atau kerusakan, dan untuk perusahaan yang bergerak di bidang teknologi tinggi, otomotif, dan aerospace angkanya lebih mencengangkan lagi yaitu mencapai lebih dari 75%. Komisi Keselamatan Produk Konsumen Amerika bahkan memperkirakan bahwa kematian, kecelakaan, dan kerusakan yang ditimbulkan akibat pemakaian produk konsumen yang tidak sempurna telah membebani negara lebih dari 700 miliar dolar per tahunnya.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka tidak mengherankan jika perusahaan-perusahaan saat ini berusaha keras untuk menerapkan sistem manajemen mutu yang diharapkan akan membantu mereka dalam meningkatkan mutu produk/layanan yang dihasilkan, mengontrol biaya-biaya, mengurangi kerusakan dan cacat pada produk, meningkatkan kepuasan konsumen, dan pada akhirnya adalah meningkatkan keuntungan perusahaan.










BAB III
PEMBAHASAN
A.    Mutu
Setidaknya ada tiga hal mendasar yang sangat mempengaruhi tingkat kesuksesan suatu produk atau layanan di pasaran, yaitu harga, ketersediaan, dan mutu/kualitas. Konsumen sangat membutuhkan produk atau layanan yang bermutu tinggi dan tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan harga yang terjangkau dan sesuai dengan manfaat yang akan diperoleh. Organisasi atau perusahaan akan dapat sukses dan mampu bersaing di pasaran jika tingkat kepuasan pelanggan terhadap pemakaian produk dan layanannya cukup tinggi. Faktor harga dan ketersediaan adalah fitur transient saja, dalam arti pengaruhnya tidak berlangsung lama setelah terjadi transaksi. Lain halnya dengan mutu, yang mempunyai pengaruh dan implikasi yang cukup panjang, karena mutu suatu produk atau layanan ditentukan dari tingkat kesuksesan kegunaan produk atau layanan tersebut selama pemakaiannya (tidak terbatas pada point of sales saja).
Makna mutu atau kualitas suatu produk atau layanan sendiri erat kaitannya dengan: tingkat kesempurnaan, kesesuaian dengan kebutuhan, bebas dari cacat, ketidaksempurnaan, atau kontaminasi, serta kemampuan dalam memuaskan konsumen. Konsumen adalah pihak yang paling tepat dan adil dalam menilai masalah mutu dari produk atau layanan yang kita sediakan. Sebuah produk atau layanan yang memiliki fitur atau manfaat yang memuaskan kebutuhan konsumen dapat disebut sebagai produk atau layanan yang bermutu, demikian pula sebaliknya, produk atau layanan yang memiliki fitur atau manfaat yang tidak memuaskan kebutuhan konsumen dapat disebut sebagai produk atau layanan yang tidak bermutu. Anda akan dapat menilai tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Anda melalui melalui berbagai cara, seperti feedback langsung dari konsumen, atau juga bisa dilihat dari tingkat kerugian penjualan, turunnya market share, dan pada akhirnya adalah kerugian bisnis. Pada pasar dengan tingkat persaingan usaha yang sangat ketat, mutu dari suatu produk atau layanan yang ditawarkan akan memiliki peranan yang sangat strategis terhadap perkembangan bisnis.
B.  Sistem Manajemen Mutu
Adalah sesuatu yang tidak mungkin perusahaan Anda mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dan mempertahankan suatu produk yang bermutu tanpa disertai adanya manajemen proses yang matang dan rapi di dalamnya. Mutu yang baik tidak akan dapat diraih hanya dengan mengandalkan keberuntungan semata, tapi mutlak harus dengan cara penerapan manajemen bisnis yang baik.
Sistem manajemen mutu akan memberikan kemampuan kepada perusahaan atau organisasi dalam melakukan kontrol, menciptakan stabilitas, prediktabilitas, dan kapabilitas bisnis. Dengan adanya sistem mutu diharapkan perusahaan akan lebih terbantu dalam mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan mutu produk atau layanan yang sediakan secara ekonomis. Sistem manajemen mutu akan sangat membantu untuk dapat bertindak dengan lebih baik dibanding sebelumnya.
C.  Standarisasi Sistem Mutu
Suatu standar mutu memberikan kontribusi yang sangat besar pada segenap aspek kehidupan kita, walaupun kadang kontribusinya sering tidak kita sadari.
Sistem-sistem standarisasi mutu merupakan tool atau alat untuk membantu perusahaan agar bekerja dengan lebih terorganisir serta membantu pengelolaan dan pengontrolan proses bisnis yang berjalan di perusahaan dengan berpegang pada standar mutu yang telah ditetapkan. Sistem mutu seperti ISO 9000, TS 16949, QS 9000, Six Sigma, dan Malcolm Baldrige adalah suatu sistem yang telah teruji dan terbukti luas di dunia. Salah satu keuntungan penerapan suatu sistem mutu tersebut yaitu tidak perlu lagi membuat suatu standar sistem mutu baru, yang perlu dilakukan hanyalah mengadaptasi sistem tersebut untuk disesuaikan dengan model bisnis dan kondisi perusahaan. Pemilihan suatu sistem mutu yang akan kita adopsi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah regulasi perusahaan, sasaran bisnis, konsumen dan target pasar, bidang usaha, dan skala bisnis perusahaan.
Dengan penerapan suatu sistem mutu tertentu seperti ISO 9000, QS-9000, atau yang lain, tentunya akan membawa dampak positif bagi bisnis Anda, yaitu meningkatkan dan menjamin mutu dari produk atau layanan yang dihasilkan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk atau layanan yang kita sediakan. Mutu suatu produk/layanan dapat dijamin karena sistem secara otomatis akan berusaha mengontrol dan mencegah setiap potensi timbulnya ketidaksesuaian atau penyimpangan pada seluruh tahapan supply chain. Hal ini juga akan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yaitu akan terhindarnya pemborosan anggaran, meminimalisasi biaya-biaya, dan pada akhirnya adalah meningkatnya keuntungan perusahaan secara signifikan.
BAB IV
KESIMPULAN
a)      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memperbaiki produk suatu perusahaan, suatu perusahaan harus lebih meningkatkan beberapa faktor yaitu harga, ketersediaan, dan mutu/kualitas. Tetapi tidak hanya itu saja yang harus diperhatikan, melainkan suatu perusahaan harus mempunyai sistem manajemen mutu yang baik. Dimana perusahaan harus mampu mengendalikan dalam melakukan kontrol, menciptakan stabilitas, prediktabilitas, dan kapabilitas bisnis.
Selain itu sistem standarisasi mutu merupakan tool atau alat penting untuk membantu perusahaan agar bekerja dengan lebih terorganisir serta membantu pengelolaan dan pengontrolan proses bisnis yang berjalan di perusahaan dengan berpegang pada standar mutu yang telah ditetapkan. Dengan penerapan suatu sistem mutu tertentu seperti ISO 9000, QS-9000, atau yang lain, tentunya akan membawa dampak positif bagi suaut perusahaan, yaitu meningkatkan dan menjamin mutu dari produk atau layanan yang dihasilkan dan juga akan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yaitu akan terhindarnya pemborosan anggaran, meminimalisasi biaya-biaya, dan pada akhirnya adalah meningkatnya keuntungan perusahaan secara signifikan.
b)     Saran 
Ø  Merealisasikan apa yang telah  dipelajari dari proses dan perangkat mutu dengan sebaik-baiknya
Ø  Membuat suatu kinerja yang bermutu dalam pengelolaan perusahaan
Ø  Mempertimbangkan dengan matang mengenai hal yang menyangkut perangkat mutu untuk memperbaiki kinerja perusahaan
Ø  Berusaha untuk memulai sesuatu dengan proses yang bertahap dan terencana.